Urgensi Pancasila bagi Pelajar akibat dampak Game Online

 Urgensi Nilai – Nilai Pancasila bagi Pelajar

Sejak pertama kali diperkenalkan pada 79 tahun yang lalu dalam sebuah rapat yang diadakan oleh Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945, Pancasila tetap menjadi dasar negara yang tidak tergantikan walaupun dalam perjalanannya banyak sekali tantangan yang dihadapi untuk mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. 

Asal mula Pancasila sebagai dasar negara tidak serta merta terlahir begitu saja dari perkataan para pendiri bangsa, akan tetapi nilai-nilai Pancasila yang ada tersebut berasal dari proses penggalian atau pencarian dan juga perenungan dari nilai – nilai budaya yang telah hidup dan diamalkan oleh bangsa Indonesia. Sehingga Pancasila dapat dikatakan sebagai representasi dari keseluruhan nilai budaya yang ada di Indonesia, pernyataan ini disebut dengan asal mula langsung dari Pancasila dasar filsafat negara yaitu causa materialis  (asal mula bahan). Sedangkan asal mula bentuk atau bangunan atau disebut causa formalis yaitu pada saat pengusulan Pancasila sebagai dasar negara oleh Ir. Soekarno dan pendukungnya pada saat siding BPUPKI sedang causa efisien atau asal mula karya yaitu ketika disahkannya Pancasila menjadi dasar negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bersidang pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno da M. Hatta (A.T, 1983)

Karena berasal dari budaya bangsa, maka Pancasila dapat dikatakan sebagai identitas bangsa Indonesia. Sebagai dasar ideologi negara, Pancasila menjadi landasan filosofis dan nilai nilai dasar yang membentuk karakter dan identitas nasional Indonesia. (Nurkhotimah, Angreska, Puspa Dewi, Aulia, & Anjani, 2024)

Nilai – nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman karena sifat yang fleksibel. Namun pada masa kini nilai – nilai tersebut sudah mulai tergerus oleh budaya bangsa lain dan minimnya pengimplemtasian dalam kehidupan sehari – hari. Maka dari itu penanaman nilai Pancasila harus disampaikan sejak dini di sekolah dan di kehidupan sehari – hari. 

Fenomena yang terjadi sekarang adalah banyak nya generasi muda terutama yang disebut Gen Z, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012 yang secara demografis menggantikan generasi milenial dan sebelum generasi alfa. Mereka yang lahir pada masa ini menjadi sangat riskan terhadap perkembangan globalisasi dalam segala bidang terutama teknologi. Dengan adanya perangkat teknologi yang canggih dan kemampuan mereka yang sangat hebat beradaptasi denganya, memungkinkan mereka untuk mengakses informasi dan segala hal yang tersedia di internet maupun sosial media.

Pada satu sisi, globalisasi menjadi sangat penting bagi suatu negara sebagai syarat agar bisa mengikuti dinamika perkembangan dunia. Namun pada sisi yang lainya, globalisasi membawa dampak negatif yang masuk kedalam tatanan kehidupan suatu negara. Salah satu dampak negative yang dibawa oleh globalisasi adalah adanya budaya asing yang masuk yang tidak sesuai dengan bidaya bangsa namun tetap diterima oleh masyarakat. Hal ini menjadi sangat berbahaya ketika pelajar pada khususnya belum mempunyai pengetahuan dan keteguhan memegang nilai – nilai Pancasila. 

Yang paling dirasakan dampak negatif dari adanya perkembangan teknologi adalah kehadiran online games atau permainan secara daring dari gawai.  Game online ini sangat banyak variasi yang ditawarkan oleh pegembang game tersebut, diantaranya bergenre action, fighting,sport, racing, shooting, adventure dan lainya. Diantara genre yang paling popular adalah action dan shooting. Tipe permainan ini dapat dimainkan secara sendiri maupun secara berkelompok atau dalam istilah para gamer disebut “main bareng / mabar”. 

Aplikasi permainan ini sangat banyak dimainkan oleh anak – anak atau pelajar. Kemudian ketika mereka bermain bersama, mereka tak hanya dapat melihat layar gawai saja, tetapi dalam aplikasi tersebut terdapat fitur yang memungkinkan untuk berinteraksi secara langsung seperti berdialog atau mengobrol. Pada saat mereka bermain, mereka bisa berposisi sebagai satu tim atau menjadi musuh. Ketika mereka kalah dalam permainan, mereka secara spontan berbicara dengan kasar dan dengan nada tinggi sebagai ekspresi kekesalan. Faktor lain yang memperburuk fenomena ini adalah ketika permainan ini bisa dilihat oleh orang lain dalam rekaman video. Sehingga perbuatan jelek tersebut menjadi konsumsi khalayak umum, bahkan yang lebih parah adanya influenser yang mengeksploitasi game ini secara streamer di platform video berbagi seperti youtube. 

Ketika anak – anak melihat tontonan tersebut, karena sifat mereka yang masih polos mereka dengan mudahnya meniru hal buruk tersebut agar bisa disebut sebagai anak gaul atau kekinian. Setiap hari mereka menonton dan meniru hal tersebut akhirnya menjadi candu dan sulit untuk berhenti. Yang menjadi ironi adalah, perkataan jelek dan kasar yang mereka ucapkan ketika bermain game terbawa dalam kehidupan nyata sehari – hari. Seperti ketika berbicara dengan temannya mereka berbicara seakan – akan mereka sedang bermain game tersebut, bahkan yang paling miris adalah mereka juga berbicara dengan nada tinggi ketika berbicara dengan orang yang lebih tua darinya.

Perbuatan tesebut bertolak belakang dengan banyak nilai – nilai Pancasila. Dalam budaya bangsa seperti dalam budaya Sunda dikenal dengan aturan penggunaan kata bagi sesama yang seumuaran, dengan orang yang lebih muda dan dengan orang yang lebih tua yang dikenal dengan nama “Undak Usuk Basa” atau tingkatan kosa kata dalam bahasa Sunda. 

Selain itu dalam nilai yang terkandung dalam sila pertama Pancasila yaitu nilai ketuhanan, dalam ajaran agama Islam Allah SWT memerintahkan agar berbicara dengan perkataan yang baik, dengan nada yang rendah dan tidak menyakiti orang lain. Kemudian pada sila ke-2 yaitu nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengatur agar setiap warga negara senantiasa bersikap sebagai manusia yang beradab atau berakhlak karena ini merupakan salah satu ciri masyarakat yang maju.

Masalah ini menjadi permaslahan bersama untuk mencari solusi nyata dari fenomena ini. Sekolah sebagai lembaga pendidikan menjadi garda terdepan dalam menjaga dan melestarikan nilai Pancasila. Sekolah selain memberi materi secara akademik juga sebagai pihak yang membentuk karakter pelajar dengan karakter Pancasila. Sehingga pelajar dalam kehidupannya menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam berperilaku menentukan pandangan hidup dalam benegara. 

Selain dimasukan kedalam kurikulum pendidikan formal di sekolah, dalam pedidikan Pancasila yang paling penting adalah memberikan contoh dan teladan yang baik dari guru atau pengajar. Karena dalam belajar, jika hanya membaca akan kurang mendapat kesan dan membekas dalam pikiran. Tetapi ketika pelajar diberi contoh nyata, maka mereka akan dengan sukarela akan mengikuti apa yang dicontohkan oleh gurunya.

Pada akhirnya ketika semua pihak mempunyai kesadaran untuk mengamalkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari akan tercipta suasana kehidupan bernegara yang nyaman aman dan tentram karena telah sesuai dengan identitas bangsa Indonesia yang berkepribadian sopan santun dan menjunjung tinggi nilai adab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal MABIT (arsip Organisasi)

Proposal Paskibra (Arsip Kelompok)